Tantangan dan peluang agribisnis di era digital memang menjadi topik yang sedang hangat diperbincangkan saat ini. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, dunia agribisnis pun harus ikut beradaptasi agar tetap relevan dan kompetitif.
Menurut Dr. Ir. Haryono Suyono, M.Sc., seorang pakar agribisnis dari Universitas Gadjah Mada, tantangan terbesar dalam agribisnis di era digital adalah adanya perubahan pola konsumsi masyarakat. “Masyarakat kini lebih cenderung memilih produk-produk organik dan sehat. Agribisnis harus mampu mengikuti tren tersebut agar tetap diminati,” ujarnya.
Di sisi lain, era digital juga membawa berbagai peluang bagi agribisnis. Dengan adanya internet dan media sosial, para pelaku agribisnis dapat memperluas jangkauan pasar mereka secara lebih efektif. “Pemanfaatan teknologi digital seperti e-commerce dan digital marketing dapat membantu meningkatkan penjualan produk pertanian,” kata Bapak Agus, seorang petani di Jawa Timur.
Namun, untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut, para pelaku agribisnis juga harus siap menghadapi tantangan yang ada. Salah satunya adalah masalah infrastruktur dan keterbatasan akses internet di pedesaan. Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, masih banyak daerah di Indonesia yang belum terjangkau oleh jaringan internet.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, kerjasama antara pemerintah, swasta, dan akademisi sangat diperlukan. “Kita perlu menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan agribisnis di era digital. Kolaborasi antara berbagai pihak akan mempercepat transformasi digital dalam sektor pertanian,” ujar Dr. Ir. Budi Santoso, seorang ahli pertanian dari IPB University.
Dengan kesadaran akan tantangan dan peluang agribisnis di era digital, diharapkan para pelaku usaha pertanian dapat terus berinovasi dan beradaptasi. Sehingga, sektor agribisnis di Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian negara.